Senin, 21 Maret 2011

Program Minapolitan Lutim Direspon

Malili, Upeks--Terobosan yang dilakukan pemerintah daerah Luwu Timur dalam mengelola program Minapolitan, sebagai program strategis Kementerian Kelautan untuk mencapai visi Indonesia sebagai negara penghasil produk perikanan terbesar di dunia tahun 2015, dalam menorong peningkatan kesejahteraan bagi nelayan dan pembubidaya ikan di wilayah pesisir,  sehingga kabupaten Luwu Timur dijadikan acuan dalam pengembangan program Minapolitan di Sulawesi Selatan. Keberhasilan itu membuat sejumlah daerah di Indonesia, tertarik untuk mengadopsi dan berguru di Luwu Timur untuk mengembangkan program Minapolitan ini di daerahnya.
"Kami sangat tertarik dengan kebijakan pemerintah daerah Luwu Timur dalam mendorong penetapan kawasan Minapolitan dan komoditas andalan yang dikembangkan sehingga dapat mencapai hasil yang sangat signifikan," ungkap Ketua komisi II DPRD Pangkep, Andi Ilham, sesaat setelah melakukan kunjungan kerja di Luwu Timur, Kamis (10/3) kemarin. Rombongan anggota DPRD Pangkep berjumlah 7 orang itu menyatakan Luwu Timur sangat layak dijadikan sebagai pilot project pengembangan kawasan Minapolitan di Sulawesi Selatan yang berbasis pada pengembangan komoditas sumber daya pesisir dan laut. Rombongan DPRD Pangkep mendapatkan penjelasan dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Luwu Timur, mengenai riwayat masuknya daerah ini ke dalam program Minapolitan yang dirintis sejak tahun 2007 dan mendapatkan surat keputusan Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2008 sebagai salah satu kawasan Minapolitan di Indonesia (pertama di Sulawesi Selatan).
"Dari awal kami telah mempersiapkan persyaratan administrasi untuk masuk dalam program minapolitan seperti sk bupati penetapan kawasan minapolitan dan komoditas andalan yang dikembangkan, pokja minapolitan tingkat kabupaten, master plan, rencana tata ruang wilayah pesisir, kesiapan kelembagaan dan sumber daya manusia yang kesemuanya harus bersinergi," urai Zakaria, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Luwu Timur.
Hal lain yang mengemuka dalam diskusi adalah kiat pemerintah daerah Luwu Timur dalam menjaga fluktuasi harga rumpu laut sebagai komoditas andalan, utamanya jenis graccilaria yang memperlihatkan trend peningkatan harga seiring dengan peningkatan jumlah produksi dengan nilai tertinggi Rp8.300/kg kering. Sementara itu, salah seorang anggota DPRD Pangkep yang juga ikut dalam rombongan, Anggriani Amir, mengatakan dipilihnya Luwu Timur sebagai lokus studi banding karena kedua daerah memiliki kesamaan karakteristik sumber daya alam, khususnya di sektor perikanan dan kelautan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Walgreens Printable Coupons